Karanganyar (Humas)–Dalam upaya mewujudkan pembelajaran yang relevan dengan tantangan abad ke-21, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Sragen mengadakan kegiatan In House Training (IHT) bertajuk “Integrasi Deep Learning dalam Kurikulum Madrasah: Strategi dan Praktik Baik untuk Pembelajaran Abad ke-21” pada Sabtu, 14 Juni 2025 di Bukit Sekipan,Tawangmangu, Karanganyar.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber utama Dr. Ratna Prilianti, S.Si., M.Pd., seorang Widyaiswara Ahli Madya dari Balai Diklat Keagamaan (BDK) Semarang, yang dikenal sebagai pakar pengembangan pembelajaran berbasis kompetensi dan teknologi pendidikan.
Kegiatan IHT dibuka secara resmi dengan nuansa religius dan nasionalisme melalui pembacaan ayat suci Al-Qur’an serta menyanyikan lagu Indonesia Raya. Suasana menjadi semakin khidmat saat Kakankemenag Ihsan Muhadi menyampaikan pembinaan kepada seluruh guru dan tenaga kependidikan MAN 2 Sragen.
Dalam sambutannya, Ihsan Muhadi menekankan pentingnya peran pendidik dalam meningkatkan mutu pembelajaran melalui pemanfaatan pendekatan-pendekatan baru, salah satunya deep learning. “Pembelajaran abad ke-21 menuntut perubahan cara mengajar. Guru harus menjadi fasilitator yang mampu mengaktifkan potensi berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif siswa. Deep learning adalah jawabannya,” ujarnya.
Dalam arahannya, Kakankemenag menekankan pentingnya peningkatan kinerja guru tidak hanya dalam aspek akademik, tetapi juga dalam keterampilan hidup (life skills), emosional, dan sosial. “Guru abad ke-21 harus menjadi pemecah masalah (problem solver), mampu berkolaborasi, inovatif dalam pembelajaran, serta memiliki manajemen emosi yang baik. Semua itu menjadi kunci pendidikan madrasah yang unggul,” tegasnya.
Setelah sesi café break, peserta mendapatkan pemaparan mendalam dari Ratna Prilianti. Materi yang disampaikan mencakup konsep dasar deep learning dalam konteks pendidikan, strategi integrasinya dalam kurikulum madrasah, serta contoh-contoh praktik baik dari berbagai madrasah inovatif di Indonesia. Menurut beliau, deep learning bukan sekadar penggunaan teknologi canggih, namun lebih kepada proses pembelajaran yang mendorong siswa memahami secara mendalam, mampu mengaitkan pengetahuan lintas disiplin, serta mengembangkan kemampuan reflektif.
“Integrasi deep learning berarti mengajak siswa berpikir lebih dalam, tidak sekadar menghafal. Ini relevan dengan semangat merdeka belajar dan kebutuhan abad ke-21,” paparnya.
Setelah Ishoma (istirahat, shalat, dan makan siang), sesi kedua dilanjutkan dengan diskusi dan simulasi penerapan model pembelajaran berbasis deep learning baik untuk mata pelajaran umum maupun agama. Guru-guru tampak antusias bertanya dan berdiskusi tentang penerapan model ini.
Kegiatan IHT ini ditutup dengan harapan besar bahwa seluruh pendidik MAN 2 Sragen dapat menjadi pelopor perubahan dalam pendidikan madrasah. Kepala MAN 2 Sragen Joko Triyono dalam sambutannya menyampaikan bahwa pelatihan ini akan ditindaklanjuti melalui program mentoring dan supervisi pembelajaran yang lebih terstruktur. “Kita tidak bisa hanya puas dengan pembelajaran biasa. Sudah saatnya madrasah menjadi ruang pembelajaran yang mendalam, relevan, dan membentuk generasi tangguh,” tegas Joko Triono.
Dengan semangat kolaboratif dan komitmen transformasi, kegiatan ini menjadi langkah strategis MAN 2 Sragen dalam membekali para guru dengan kompetensi baru yang dibutuhkan untuk menyongsong masa depan pendidikan madrasah yang unggul dan adaptif. (rgl/irw)