Sragen-Dampak negatif dari globalisasi dan pandemi covid-19 yang luar biasa khususnya di bidang pendidikan, banyak anak muda atau pelajar sekarang mempunyai kebiasaan nongkrong sampai larut malam bersama teman-temannya bahkan sampai melupakan ibadah, dan penyalahgunaan teknologi yang berlebihan, kecanduan dengan game online dan lain sebagainya.
MA Negeri 1 Sragen sebagai satuan pendidikan Islam tidak mau membiarkan peserta didiknya terpengaruhi oleh dampak tersebut. Pada hari Kamis (17/11/2022) diadakan kegiatan Spirtual Building Training (SBT) di Gedung Kartini Kabupaten Sragen. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan bagi seluruh peserta didik kelas XII yang tidak lama lagi akan menghadapi ujian akhir.
Kegiatan yang bertema “Membangkitkan Semangat Untuk Meningkatkan Kualitas Peserta Didik Setelah Sandemi COVID-19 melalui Spiritual Building Training” merupakan kegiatan yang bertujuan untuk membentuk kepribadian yang kuat, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti serta pemulihan mental spiritual pada peserta didik MA Negeri 1 Sragen.
“Semoga dengan adanya kegiatan ini anak-anakku kelas XII mendapatkan dorongan motivasi yang kuat sehingga bisa kembali semangat untuk menghadapi tantangan-tantangan di masa akhir kalian khususnya di MA Negeri 1 Sragen.” Ujar Windrati dalam sambutannya.
Mendatangkan motivator sekaligus trainer ternama Andi Kusuma Brata kegiatan ini berjalan sangat menarik. Dengan menyampaikan materi sesuai dengan karakter remaja yang dikemas berupa dongeng tentang akhlak dan berbagai bentuk tayangan motivasi lainnya yang membuat para peserta terlihat sangat antusias. Ia menyampaikan bahwa sukses itu harus direncakan. “syarat sukses ada dua, yang pertama jangan pernah jauh dari Allah, kemudian yang kedua jangan pernah membantah perintah kedua orang tua.” Ujar Andie.
Suasana gedung mendadak hening bagai tak berpenghuni sebelum penghujung acara. Sebab, disisa waktu itu sang motivator memberikan waktu kepada peserta untuk bermuhasabah . Ia meminta agar mengingat kesalahan yang telah dilakukan, baik kepada Allah, orang tua, dan guru. “Andaikan saat ini raga kalian tak bernyawa lagi, atau bahkan melihat kedua orang tua kalian berbaring terbujur kaku, kemudian kalian baru meminta maaf kepadanya, kalian terlambat !”, ujarnya dengan tegas diikuti isak tangis peserta.
Pada akhir kegiatan beliau melakukan hipnoterapi untuk merefleksi para peserta agar fikiran kembali segar. Kemudian menutupnya dengan sebuah kalimat motivasi “Let’s do the best, let God to the rest. Mari kita lakukan yang terbaik biar sisanya Allah yang melakukannya.” (ue/wvz)