Tanon-Kemampuan untuk memecahkan masalah yang baik masih belum ditanamkan sejak dini kepada peserta didik di Indonesia. Mengacu pada hasil PISA (Program for International Student Assessment), performa anak-anak Indonesia dalam bidang membaca, matematika, dan sains masih sangat rendah. Kemampuan memecahkan masalah dapat dilatih dan dikembangkan dalam proses berpikir (Computational Thinking).
Atas dasar itu, Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Sragen menggelar kegiatan Workshop Computational Thinking yang bertempat di Gedung Aula MIN 1 Sragen. Kegiatan ini diikuti oleh 30 guru pada Selasa, 23 Maret 2021 atas kerjasama antara tim Biro Bebras Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dengan MIN 1 Sragen.
Hadir dalam pembukaan acara Wakil Dekan III FKIP UMS dan Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Sragen yang diwakili oleh Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag serta Pengawas Madrasah Kecamatan Tanon, Sri Prihati, M.Ag. Menurut Ruslan Haifani, S.Ag., M.Pd. selaku kepala MIN 1 Sragen dalam sambutannya “Menyambut gembira MIN 1 Sragen ditunjuk menjadi bagian dari 15 Madrasah di Kanwil Kemenag Jawa Tengah untuk menjadi pilot projek implementasi Computational Thinking (CT) kerjasama Kemenag dengan Biro Bebras Indonesia. Di era Teknologi Informasi yang pesat ini Guru diharapkan tidak gaptek, mengikuti perkembangan, diantaranya mengikuti pelatihan CT yang menarik dan penuh inovasi ini, agar bisa mengobati rasa kejenuhan siswa selama pembelajaran Jarak Jauh masa pandemi covid 19 yang sudah 1 tahun ini.”
Sementara itu menurut Nur Hidayat selaku Wakil Dekan III FKIP UMS, komputer pada era saat ini telah menjadi kebutuhan manusia. Namun harus diingatkan agar manusia tidak dikontrol oleh komputer. “Komputer adalah tool (alat bantu) yang bisa mempermudah pekerjaan manusia. Sehingga bisa membawa kemanfaatan bagi manusia, Ditambah lagi, guru pada era ini haruslah Millenial yang adapting dan simpatik pada siswa.” kata Nur Hidayat
Sedangkan Sutopo.SH.M.Si selaku Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag Kab. Sragen menyatakan guru haruslah bisa beradaptasi dengan perkembangan dunia. Karena orang yang bisa beradaptasi, dia akan bisa menggenggam dunia. Adaptasi ini termasuk dalam penguasaan teknologi yang terus berkembang, dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Sragen telah di tunjuk sebagai pelopor atau contoh untuk madrasah-madrasah lain yang di desain untuk menjadi madrasah yang maju.
Workshop Computational Thinking ini dibimbing oleh tim Bebras Biro Surakarta yang terdiri dari dosen-dosen UMS. Menurut Irma Yuliana, M.M.,M.Eng, ketua dari tim Biro Bebras UMS, Bebras adalah sebuah inisiatif internasional yang tujuannya mempromosikan Computational Thinking di kalangan guru dan murid mulai tingkat Madrasah hingga perguruan tinggi serta masyarakat luas. “Bebras berasal dari bahasa Lithuania yang berarti “berang-berang”, hewan yang dianggap cerdik dan kreatif.” Hal ini yang mengilhami berfikir secara komputasional agar cerdik dan kreatif dalam memecahkan masalah,” papar Irma.
CT merupakan cara berpikir untuk menciptakan dan menggunakan beberapa tingktan abstraksi, mulai memahami persoalan sehingga mengusulkan pemecahan solusi yang efektif, efisien, “fair” dan aman. Metode Computational Thinking, lanjut Irma, memiliki empat langkah yaitu Decomposition, Pattern Recognition, Abstraction, dan Algorithm. Kesemuanya bermuara pada upaya membentuk siswa yang kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah.
Kegiatan diawali dengan stumilasi soal-soal CT. Kemudian guru-guru berlatih menyusun algoritma. Penjelasan tentang Tantangan Bebras disampaikan langsung Ketua Biro Bebras, Irma Yuliana. Dalam kesempatan itu, Irma berpesan kepada guru-guru agar memanfatkan Computational Thinking sebagai sarana melatih dan menyervis nalar. “Dengan Computational Thinking kita bisa menservis nalar kita agar bisa berpikir efektif, efisien, solutif, dan cepat.” Ucap Irma. Selama kegiatan berlangsung seluruh guru antusias dan mengikuti kegiatan sampai kegiatan workshop berakhir. Kegiatan diakhiri dengan demonstrasi education game “Scratch”.(ali/rus)