Memperhatikan bahwa Indonesia itu dibangun atas dasar keberagaman budaya, bahasa, etnik, tradisi dan agama serta pengaruh globalisasi yang membuat semakin mudah berinteraksinya masyarakat dengan dunia luar, khususnya pada remaja, Balai Penelitian dan Pengembangan Semarang mengadakan Focus Group Discussion (FGD) di Kabupaten Sragen.
FGD yang diadakan Balitbang Agama Semarang ini mengambil tema “ Transmisi Nilai Nilai Keagamaan Melalui Organisasi Kerohanian Islam Pada SMA/SMK di Kabupaten Sragen”. FGD tersebut dilaksanakan pada Hari Kamis (09/02/2016) dan diikuti perwakilan siswa anggota Rohis SMA/SMK di Kabupaten Sragen, perwakilan guru PAI, perwakilan pengawas dan perwakilan idnas terkait (Kementerian Agama dan Dinas Pendidikan) sebanyak 15 peserta.
Kegiatan dibuka oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sragen, Drs. H. Ahmad Nasirin, M.Ag. Dalam sambutannya Ahmad Nasirin menyampaikan betapa pentingnya peran guru pada saat ini. Ada tiga konsep penting dalam pendidikan anak yang harus diterapkan ditengah kehidupan keluarga yakni pola 3A (asuh, pola asah dan pola asih). Ketiga pola ini dapat digunakan untuk mengembangkan moral dan keterampilannya, dengan berbagai aspek seperti : a. Bantulah untuk menemukan sendiri tujuan hidupnya. b. Bantulah mengembangkan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan hidupnya. c. Jadilah figur ideal bagi anak dalam berperilaku. d. Beri semangat dan gugah hati anak untuk berperilaku terpuji. Namun saat ini pola 3A ini sudah mulai luntur di keluarga dan sekolah. Guru Agama mesti ikut bertanggungjawab terhadap pendidikan karakter anak khususnya di sekolah.
Dalam FGD tersebut juga disampaikan materi dari Muthiah Chudlori, S.Ag, M.Pd anggota Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah. Dalam paparannya Muthiah menyampaikan peran pentingnya guru PAI dan Pengawas PAI dalam mencegah berkembangnya aliran radikal dan terorisme di sekolah (andiwilson).