Sragen (Humas) — Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah (KKM MI) Kecamatan Sidoharjo sukses mengadakan kegiatan Pembinaan Pegawai dan Seminar Pendidikan dengan tema “Kurikulum Cinta dan Pendekatan Deep Learning dalam Pembelajaran di Madrasah” yang bertempat di Hotel Front One Sragen (14/4/2025).
Acara ini dihadiri oleh berbagai elemen penting dalam dunia pendidikan madrasah, antara lain Kepala Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kabupaten Sragen, Dr. H. Ihsan Muhadi, S.Ag, M.Ag., Kasi Pendidikan Madrasah, Pengawas Madrasah, serta seluruh Kepala Madrasah, guru, dan pegawai MI se-Kecamatan Sidoharjo. Seminar ini juga menghadirkan narasumber utama yang inspiratif, yakni Amiroh Ambarwati, S.Pd., M.A, seorang pakar pendidikan sekaligus praktisi yang telah lama fokus dalam pengembangan metode pembelajaran berbasis cinta dan kecerdasan mendalam (deep learning).
Dalam sambutannya, Ketua KKM MI Kecamatan Sidoharjo, Siti Marwiyah, menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah bentuk ikhtiar bersama untuk membangun pendidikan madrasah yang lebih bermakna, relevan, dan membumi. “Kami ingin menghadirkan pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada capaian akademik, tetapi juga menumbuhkan cinta, empati, dan karakter. Konsep kurikulum cinta dan pendekatan deep learning adalah jembatan untuk menjawab tantangan zaman,” ujar Siti Marwiyah.
Selanjutnya Kankemenag Kabupaten Sragen, Ihsan Muhadi, dalam arahannya juga memberikan apresiasi yang tinggi atas inisiatif KKM MI Kecamatan Sidoharjo. Ia menekankan bahwa transformasi pendidikan madrasah harus dimulai dari kesadaran para guru dan kepala madrasah untuk terus belajar dan berinovasi. “Pendidikan di madrasah harus mampu menjawab kebutuhan zaman. Kurikulum cinta adalah pendekatan yang sangat relevan hari ini, karena anak-anak kita butuh pendampingan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara emosional dan spiritual,” tegas Ihsan Muhadi.
Sementara itu, Amiroh Ambarwati,sebagai narasumber dalam seminar tersebut membawakan materi yang menggugah dan aplikatif mengenai integrasi nilai-nilai kasih sayang dalam kurikulum cinta serta bagaimana deep learning bisa diimplementasikan dalam pembelajaran sehari-hari. “Deep learning bukan sekadar metode, tetapi sikap pengajaran yang menggali makna. Guru perlu hadir tidak hanya sebagai pengajar, tapi juga sahabat belajar. Pendidikan yang mengakar adalah pendidikan yang berangkat dari cinta, bukan sekadar transfer materi,” ungkap Amiroh dalam pemaparannya yang disambut antusias oleh para peserta.
Kegiatan ini berlangsung interaktif, diisi dengan sesi tanya jawab, refleksi bersama, serta diskusi kelompok yang membahas implementasi kurikulum cinta dan pendekatan deep learning dalam konteks lokal madrasah masing-masing. Peserta juga menyampaikan harapan agar kegiatan seperti ini dapat terus diadakan secara berkala sebagai bagian dari pengembangan profesionalisme guru madrasah.
Seminar ini ditutup dengan foto bersama, serta pembacaan komitmen bersama seluruh peserta untuk menerapkan pendekatan kurikulum cinta dan deep learning dalam proses pembelajaran di madrasah masing-masing.
Dengan semangat kolaboratif dan niat tulus membangun pendidikan yang lebih humanis, kegiatan ini menjadi titik awal gerakan transformasi pembelajaran di madrasah-madrasah wilayah Kecamatan Sidoharjo menuju pendidikan yang lebih berkualitas dan bermakna. (kns/irw)