Sragen (Humas) – Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sragen menggelar Pembinaan Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Tahun 2025 dengan tema Revitalisasi BKM. Kegiatan ini diikuti pengurus BKM tingkat kabupaten, kecamatan, perwakilan BKM tingkat desa, serta perwakilan takmir masjid se-Kabupaten Sragen.
Kepala Kantor Kemenag Sragen menegaskan bahwa program revitalisasi masjid merupakan bagian dari Asta Cita dan Asta Protas Kementerian Agama, khususnya dalam bidang pemberdayaan tempat ibadah.
“BKM itu melekat dengan kepala KUA. Kita ingin melihat masjid-masjid yang bisa membangkitkan ekonomi umat, menjadi masjid paripurna, masjid yang berdampak bagi masyarakat,” ujarnya dalam sambutan.
Ia menambahkan, setelah penguatan kelembagaan BKM, Kemenag Sragen juga akan melaksanakan program pemberdayaan lainnya, di antaranya melalui penguatan lembaga pendidikan Alquran dan kegiatan sosial keagamaan. “Masjid harus menjadi pola pembinaan umat, tidak hanya sebatas tempat ibadah, tetapi pusat penguatan ekonomi, pendidikan, dan sosial,” tegasnya.
Dalam kegiatan tersebut, Kusnadi, Takmir Masjid Al Falah Sragen, tampil sebagai narasumber. Ia menekankan pentingnya mengembalikan fungsi masjid sesuai peran awalnya di masa Rasulullah.
“Revitalisasi itu artinya mengembalikan fungsi masjid seperti semula. Masjid tidak hanya tempat salat, tetapi juga pusat dakwah, pendidikan, musyawarah, hingga pemberdayaan ekonomi,” jelas Kusnadi.
Lebih jauh, Kusnadi menekankan tiga kunci utama keberhasilan revitalisasi masjid, yaitu mindset, skillset, dan toolset. Menurutnya, mindset akan menentukan cara pandang takmir terhadap fungsi masjid, skillset menjadi bekal kemampuan dalam mengelola kegiatan, dan toolset adalah sarana yang diperlukan untuk menunjang program pemberdayaan.
Sementara itu, narasumber kedua, Dr. Muh. Nursalim, menambahkan uraian yang disampaikan Kusnadi. Ia menekankan pentingnya peningkatan kualitas khutbah Jumat sebagai salah satu bentuk revitalisasi masjid.


“Khutbah Jumat yang menarik, mencerahkan, disampaikan secara santai, dan dalam waktu yang singkat akan membuat jamaah merasa senang dan terikat dengan masjid,” ujar Nursalim.
Ia menjelaskan bahwa jamaah cenderung bosan jika khutbah terlalu panjang dan monoton. Oleh karena itu, khutbah harus dikemas lebih segar, singkat, namun tetap menyentuh substansi ajaran Islam.
“Saya sudah menyusun buku khutbah Jumat sembilan menit. Buku itu sudah saya sosialisasikan bersama para penyuluh agama kecamatan (IPARI) di Kecamatan Sragen dan Plupuh, dan alhamdulillah mendapat respon yang sangat positif,” tambahnya. Nursalim mempersilahkan kecamatan lainnya mengadakan kegiatan serupa.
Uraian dari kedua narasumber tersebut memperkuat semangat revitalisasi BKM. Revitalisasi bukan hanya menyangkut kelembagaan dan pemberdayaan ekonomi, tetapi juga menyentuh aspek ibadah yang lebih dekat dengan jamaah. Dengan khutbah Jumat yang menarik, masjid diharapkan mampu menjadi pusat pencerahan dan memperkuat ikatan umat dengan rumah ibadahnya. (irw)