Sragen. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak kegiatan konvensional ditinggalkan. Termasuk dalam dunia pendidikan. Kegiatan pembelajaran yang perpusat pada guru(teacher centered) bergeser menjadi berpusat pada siswa(student centered). Sistem pendidikan lama yang isinya menghafal fakta tanpa makna bergeser menjadi penemuan dan pemecahan masalah secara ilmiah. Karena abad 21 adalah masa pengetahuan(knowledge age). Dimana pendidikan di abad 21 harus bisa menjamin siswa memiliki ketrampilan belajar dan berinovasi. Menggunakan media informasi dan teknologi untuk bekerja dan bertahan hidup. Oleh karena itu paradigma pembelajaran di abad 21 lebih menekankan pada kemampuan siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber bukan hanya dari guru, merumuskan permasalahan, berpikir kritis dan analitis, serta bekerjasama dan berkolaborasi untuk memecahkan masalah.
Sejalan dengan berubahan di atas, MTsN 5 Kota Sragen berencana membuka kelas digital di tahun ajaran 2022/2023. Di kelas digital guru bisa mendorong siswa untuk mencari tahu sendiri ilmu/materi pelajaran bukan memberi tahu. Karena di masa digitalisasi ini pengetahuan sudah ada dalam genggaman tangan siswa. Guru tinggal mengarahkan dan memotivasi siswa untuk mencari tahu. Siswa yang mencari tahu dan menemukan sendiri ilmu/materi pelajaran yang ingin dipelajarinya, akan lebih mengingat materi pelajaran tersebut dibanding diberi tahu oleh gurunya. Saat ini semua materi pelajaran yang ada di buku pelajaran bisa dengan mudah diakses di internet. Jadi siswa bisa belajar tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Untuk mempersiapkan dibukanya kelas digital, MTsN 5 Kota Sragen rajin mengadakan In House Trainning(IHT) untuk guru dan pegawainya. Senin, 9 Mei 2022 MTsN 5 Kota Sragen mengadakan IHT tentang media pembelajaran dan alat evaluasi digital setelah sebelumnya pada Kamis(24 Maret 2022) mengadakan IHT tentang madrasah riset. Dalam sambutannya di pembukaan IHT Kepala MTS Negeri 5 Kota Sragen Hj. Muawanatul Badriyah, S.Ag., M.Pd.I menyatakan, “ Guru harus memahami cara menggunakan teknologi di dalam kelas dan mengubah pandangannya jika teknologi sulit untuk diimplementasikan di dalam kelas. Guru perlu memberdayakan teknologi yang dimilikinya. Bukan hanya punya teknologi canggih di tangan, tapi tidak mampu memanfaatkannya sehingga sia-sia.” Lebih lanjut Bu Ana menyemangati peserta IHT agar mengambil ilmu sebanyak-banyaknya pada kegiatan IHT ini, meskipun di hari pertama masuk kerja harus pulang sampai sore. Bu Ana berharap dengan berbagai kebijakannya untuk memajukan MTsN 5 Kota Sragen bisa mengubah pandangan masyarakat tentang MTs sebagai Madrasah Tengah Sawah menjadi Madrasah hebat bermatabat yang sejajar dengan sekolah-sekolah favorit, bahkan menjadi madrasah berkelas dunia. (wrt)